Sejak tahun 2012 Bandara Hang Nadim selalu mengalami peningkatan Air Traffic movement (ATM) maupun jumlah penumpang. Pada tahun 2018, untuk pertama kalinya jumlah ATM dan penumpang mengalami penurunan yang signifikan. Data Arus Lalu Lintas Angkutan Udara (ALLAU) yang disusun oleh BUBU Hang Nadim mencatat jumlah ATM dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2018 adalah sebagai berikut:
– 2012 31.657 pesawat
– 2013 35.770 pesawat
– 2014 39.797 pesawat
– 2015 41.078 pesawat
– 2016 48.620 pesawat
– 2017 45.452 pesawat
– 2018 42.513 pesawat
ATM tahun 2018 turun sekitar 6,47% dari tahun sebelumnya. Sedangkan data jumlah penumpang adalah sebagai berikut:
– 2012 3.762.352 orang
– 2013 4.212.496 orang
– 2014 4.772.873 orang
– 2015 5.030.785 orang
– 2016 6.136.381 orang
– 2017 6.326.783 orang
– 2018 5.623.858 orang
Jumlah penumpang tahun 2018 turun sekitar 11,11% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Menurut beberapa sumber, ada beberapa hal yang menjadi penyebab penurunan jumlah ATM dan jumlah penumpang sepanjang 2018.
Pertama, adalah ditutupnya beberapa rute penerbangan langsung oleh maskapai antara lain BTH-SOC, BTH-DPS, BTH-BTJ, BTH-JOG, BTH-DTB oleh Lion Air Grup. Sedangkan Garuda Indonesia menutup penerbangan langsung BTH-PDG yang menggunakan pesawat type terbaru Boeing Bombardier. (Sumber: Bagian Data BUBU Hang Nadim).
Kedua, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kepri yang didominasi oleh kegiatan ekonomi dari kota Batam. Menurut data statistik yang dikutip dari https://sumatra.bisnis.com/read/20181105/534/856726/ekonomi-kepri-melambat-cuma-tumbuh-374 ekonomi Kepri mengalami tumbuh melambat menjadi 3,74 persen (yoy) pada triwulan ketiga 2018. Sebelumnya, Ekonomi Kepri sempat tumbuh 4,21 persen (yoy) pada triwulan 1, dan 4,51 persen (yoy) pada triwulan 2 tahun 2018.
Ketiga, naiknya jumlah pengangguran di Batam diduga juga memberi andil penyebab turunnya daya beli masyarakat terhadap moda transportasi udara. Dinas Ketenagakerajaan (Disnaker) Kota Batam mencatat pengangguran di Batam meningkat dari pada tahun sebelumnya. Saat ini jumlah pengangguran di kota Batam yang terdaftar sebanyak 20 Ribu dan sisanya adalah pengangguran yang tidak terdaftar di Kartu Tanda Pencari Kerja (AK-1) Disnaker Kota Batam. Naiknya jumlah pengangguran ini dipicu oleh belum bangkitnya industri yang berbasis pada oil & gas termasuk industri shipyard yang menjadi industri utama yang terkena dampak jatuhnya harga minyak dunia pada tahun 2017. (Sumber: https://kepri.antaranews.com/berita/49299/industri-galangan-kapal-batam-mulai-bangkit).
Keempat, kenaikan harga avtur dan melemahnya rupiah terhadap dollar. Polemik tingginya harga avtur sebenarnya berawal dari keluhan masyarakat atas tiket pesawat yang semakin mahal. Januari lalu, INACA menyebutkan salah satu penyebabnya adalah mahalnya harga avtur di dalam negeri dibandingkan di luar negeri. Di samping alasan lain, pelemahan kurs rupiah terhadap dolar AS. Meskipun harga avtur tidak secara langsung mempengaruhi tingginya tiket pesawat, namun lemahnya mata uang rupiah berpengaruh signifikan terhadap belanja leasing pesawat, maintenance dan lain lain. Meskipun harga avtur di Batam relatif lebih rendah dari beberapa daerah lain di Indonesia, namun lemahnya mata uang kita tetap secara signifikan berpengaruh terhadap harga jual avtur di Indonesia khususnya bagi penerbangan domestik. Mengutip pernyataan Direktur Citilink, setiap pelemahan 100 rupiah terhadap dollar, biaya operasional maskapai naik 5 juta dollar. (Sumber: https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190214094451-92-369162/polemik-harga-avtur-dan-lonjakan-harga-tiket-pesawat).
Dibawah ini harga avtur di beberapa bandara untuk penerbangan domestik.
– MES Rp. 9.650 per liter
– DTB Rp. 9.600 per liter
– BTJ Rp. 9.550 per liter
– PKU Rp. 9.550 per liter
– PDG Rp. 9.550 per liter
– DUM Rp. 9.550 per liter
– RNI Rp. 9.550 per liter
– TNJ Rp. 9.550 per liter
– FLZ Rp. 9.550 per liter
– KNO Rp. 9.320 per liter
– BTH Rp. 9.310 per liter
Kelima, kenaikan harga tiket pesawat di triwulan keempat tahun 2018 saat peak season Natal 2018 dan Tahun Baru 2019 (NATARU). Berdasarkan catatan Kementerian Perhubungan pengguna moda transportasi penerbangan menurun saat libur Natal dan Tahun Baru 2019, hanya 3.949.936 orang. Padahal, Kemenhub sempat memprediksi akan ada lonjakan penumpang pesawat saat libur Natal dan Tahun Baru 2019. Namun kenyataannya jumlah penumpang malah menurun. Berdasarkan catatan Kemenhub, jumlah penurunan penumpang mencapai 9,75 persen ketimbang tahun lalu. Pada libur Natal dan Tahun Baru 2017 jumlah penumpang mencapai 4.376.668. Penurunan ini dialami di penerbangan domestik. Sumber: https://ekonomi.kompas.com/re-ad/2019/01/03/093000426/jumlah-penumpang-pesawat-saat-libur-natal-dan-tahun-baru-2019-turun.
Keenam, tingginya kasus kecelakaan transportasi udara di tahun 2017 dan 2018. Saat peringkat keselamatan penerbangan Indonesia melesat naik menjadi posisi ke-55 di tahun 2017 dari posisi ke-151 (tahun 2014), tragedi kecelakaan pesawat yang menelan banyak korban justru kembali terjadi. Sejak tahun 2004, terhitung ada 9 kecelakaan pesawat yang menelan korban jiwa. Total 559 orang meninggal dunia, belum termasuk 189 orang penumpang dan kru Lion Air JT 610. Dari 9 peristiwa kecelakaan ini, 8 di antaranya merupakan pesawat komersial. Meskipun penyebab kecelakaan ternyata didominasi oleh faktor kerusakan pesawat dan sisanya dipengaruhi oleh faktor kesalahan manusia, ternyata tetap memberikan dampak penurunan jumlah peminat transportasi udara. Sumber: https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/20-18/10/31/daftar-panjang-kecelakaan-pesawat-di-indonesia-dalam-14-tahun-terakhir-432453.
Ketujuh, pengetatan anggaran belanja Pemerintah untuk perjalanan dinas tahun 2018. Kita ketahui bersama. Batam merupakan salah satu tujuan perjalanan dinas instansi pemerintah. Dengan kebijakan keuangan pemerintah untuk melakukan pengetatan belanja yang salah satunya adalah belanja perjalanan dinas, meskipun kecil secara langsung tetap berpengaruh terhadap jumlah kunjungan orang ke Batam.
Sumber: Koran Jawa Pos 5 April 2017.
Meskipun demikian, kita tetap berharap, 2019 akan membawa perubahan yang lebih baik, khususnya bagi kita pelaku usaha yang menggantungkan hidup kita di bisnis transportasi udara, Semoga.
Hendrawan Widyanarko
Batam, 19 Februari 2019